Ternyata Roda Kehidupan Pernah Tidak Berputar

Assalamualaikum,

          Pepatah (mbuh pepatah sapa...?) pernah mengatakan bahwa kehidupan itu seperti roda yang berputar terkadang di atas terkadang pula di bawah. Kadangan kita merasa ketika posisi sedang jatuh filsafat seperti itu muncul dalam benak kita sebagai rasa penyemangat. Apa benar padahal kenyataannya kata-kata seperti itu biasanya muncul didampingi rasa iri (plus dengki.. :D). Akui saja benar adanya, karena kebanyakan orang yang jatuh itu akan ada dua kemungkinan di dalam dirinya pertama rasa penyesalan karena salah mengambil langkah dan kedua muncul motivasi diri untuk segera mencoba terus sampai berhasil. Hasil endingnya pun ada dua pertama jatuh terpuruk dengan penyesalan tiada arti atau kedua berhasil dan meraih sukses. Jarang sekali bahkan mendekati tidak ada orang yang jatuh terus berpikir mungkin ini roda kehidupan sedang lagi dibawah besok muter bakal naik di atas lagi(preettt...). Kebanyakan juga yang terjadi adalah ketika seorang yang merasa tidak mampu melihat orang yang sukses dan berkata,”roda kehidupan itu terus berputar mungkin saya sekarang dibawah dia di atas lihat saja besok dia juga akan mengalami di bawah”. 

          Ungkapan-ungkapan mengenai roda kehidupan apakah relevan? Kalau kata Pak Prof Akhyar kalau berkata relevan maka harus ada pembuktian statistik( wadoeh jadie teringat skripsi tempoe doeloe). Pada pembahasan ini kita tidak berbicara mengenai revelan karena ini hanya ungkapan saja dan pendapat dari satu arah(oke boss). Kembali kepada pembahasan mengenai roda kehidupan, apa sih yang menjadi masalah mau pakai roda atau layar atau sandal(toeng??? Sandal jepitt) tidak akan berarti apa-apa pada kehidupan seseorang. Jadi begini beberapa kali saya mencoba mengamati kehidupan seseorang dan didapat hasil quickcount(emang pemilu) dalam arti disini gampangannya tanpa pikir panjang bahwa ternyata fakta tidak seperti teori pepatah di awal tadi. Jikalau pepatah itu benar seharusnya setiap orang sedikitnya akan mengalami dua fase yaitu puncak kegembiraan dan puncak kesengsaraan. Namun kenyataan fakta dilapangan tidak seperti itu, banyak dari manusia yang ternyata dari lahir sampai mati hidupnya datar, sebagian besarnya hampir merasa sengsara dan ada yang gembira terus-terusan. Stop...! mungkin sebagian anda yang membaca sampai tahap ini ada yang tidak sepakat (maaf kita belum masuk pada pembahasan hukum karma, pembalasan dsb), ikuti dulu alurnya dan silakan komentar apapun alasan anda agar kita tidak mati pemikiran. Jika berbicara karma mungkin akan berbeda lagi, nanti mungkin kita akan bahas nanti dibawah(mungkin juga tidak dibahas).


Gambaran Kehidupan

          Jika kita berpikir mengenai kebahagiaan dan kebahagiaan itu kita ibaratkan pada aset yang dimiliki(famili, tetangga, lingkungan dan harta) maka roda kehidupan itu sejatinya tidak pernah ada(kok bisa???). Jawabannya adalah ya benar, yes is true, na’am hada toyib, xiexie, mungkin anda bingung langsung pada gambaran hidup saja. Pada beberapa versi pada zaman dahulu ketika masih zaman kerajaan orang yang lahir sebagai anak raja dia akan menjadi raja apalagi jika anak tunggal, minimal masih dalam keluarga raja. Mungkin ada yang berpikir bisa terjadi pada saat perang atau kerajaan ditimpa bencana, masa-masa seperti itu hanya pada momen yang jika difilmkan bisa dibuat dalam durasi dua jam dengan bisa sampai ratusan versi pada satu tokoh. Padahal umur dinasti bisa sampai ratusan tahun dan momen seperti itu hanya berlaku pada waktu dan tokoh tertentu saja. Artinya fase tenang itu lebih panjang, namun kita tidak perlu memperdebatkkan itu. Maksud saya dalam hal ini ketika terlahir sebagai anak raja dia sudah ditanggung hidupnya dalam lingkungan terlayani dan terlindung pada umunya dan sampai menjadi raja kemudian mati. Beda lagi dengan rakyat minskin jelata pada masa yang sama terlahir anak dari rakyat jelata tetap menjadi rakyat jelata sampai akhirnya mati. Tidak ada sama sekali roda kehidupan di sini, ada orang yang ketika lahir dari keluarga kaya dan dapat mempertahankan kekayaan sampai akhirnya mati, di sisi lain masih banyak orang yang lahir membawa masalah bahkan warisan masalah sampai akhirnya mati tidak kunjung juga terselesaikan masalahnya dan bisa jadi mewariskan masalah pada keturunannya (Na’udzubillah...)

          Ketika berbicara mengenai kebahagiaan maka tidak bisa kita definisikan seperti halnya bahasa. Apakah bahagia dilihat dari cara senyuman atau tertawanya, apakah dilihat dari harta, ataukah dari keluarga(berencana hah..jha..), sama sekali bukan yang pastinya walaupun ada yang berkata kebahagiaan tidak bisa diukur dengan uang namun faktanya dengan uang orang bisa bahagia. (intinya ajalah bos ga usah bertele-tele maksudnya apa dan bagaimana solusinya??). Statmen ini bukan berarti penulis mengaggungkan uang sebagai suatu yang segalanya namun yang ditekankan adalah realitanya, kita sebagai manusia juga butuh hidup bukan dan itu tidak bisa didapat hanya dengan kita tertawa setiap hari. Kembali mengenai roda berputar(maksudnya roda kehidupan), istilah ini sebenarnya sama sekali bukan motivasi, ini hanya kata-kata penghibur diri akibat iri dan dengki. Hal yang mendasar bahwa walaupun terdapat hadist dan dalil yang mengatakan bahwa umur, jodoh dan rezeki sudah diatur oleh Allah SWT namun tidak berarti kita akan diam saja. Ini sama halnya kita akan membeli barang di toko anggap saja barang itu adalah rezeki kita yang sudah pasti akan kita dapatkan dengan uang yang kita miiliki (uang ini kita ibaratkan usaha kita dan toko adalah dunia ini). Kita tidak pernah tau harga sebenarnya barang itu maka kita harus ke toko untuk mengetahui dan membelinya. Terkadang kita berpikir uang yang sedikit ini apakah bisa membeli barang tersebut padahal kita belum melihatnya langsung, inilah yang menjadikan banyak orang yang jatuh terlebih dahulu sebelum melihat langsung. Padahal kenyataannya ada banyak orang yang tidak tahu ketika dia membawa uang sedikit ternyata barang yang sangat bagus harganya sangatlah murah, justru sebaliknya ada orang yang membawa uang banyak ternyata barang yang dia beli harganya mahal namun tidak jauh berharga dari pada yang harganya murah (jika tidak mudeng akan kami jelaskan). 

          Permisalan tersebut dapat dijelaskan begini kurang lebihnya (pak guru yang jelas lho...): kita tidak pernah tahu seberapa besar rezeki kita di dunia yang kita perlukan adalah usaha untuk meraihnya. Kita sudah melakukan usaha mati-matian sampai kaya raya ternyata kekayaan itu tidak berharga sama sekali karena mungkin hidupnya monoton, ludes, bangkrut, dll. Namun di sisi lain ada yang usaha juga mati-matian sampai kaya raya (kok sama??(iyalah biar adil gak ada yang gak usaha langsung kaya ngimpi..)) namun hidupnya terus diliputi kebahagiaan ini yang namanya keberkahan. Persoalannya adalah pada orang yang belum tau rezekinya seperti apa tetapi sudah takut akan usahanya apakah akan dapat meraih rezekinya pada akhirnya jadi miskin. Akhirnya memberikan kesimpulan bahwa miskin adalah karena orang tidak mau berusaha (apakah kesimpulan ini akhir dari tulisan ini?). Perlu kita ingat (penulis beranggapat semua muslim pernah membaca ini) bahwa Allah SWT pernah berfirman dalam Qur’an Surat Ar Ra’d ayat 11 sebagai berikut: 

 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ 

...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri... (QS. Ar Ra’d : 11)

          Dalil di atas menggambarkan bahwa walaupun rezeki itu sudah ditakdirnkan namun keadaan atau merain rezekinya itu kita sendiri yang harus meraihnya. Tidak pernah ada usaha yang tidak menghasilkan, semua usaha pasti ada hasilnya. Berbuat jahat pasti akan dibenci, berbuat baik pasti dipuji ini hukum sosial, jika usahanya “1+1” maka hasilnya akan menjadi “2”, jika usahanya “0+0” maka hasilnya pun “0” ini jika diibaratkan perhitungan. Namun apakah hanya usaha saja yang harus kita lakukan?, jelasnya tidak perlu ada rasa syukur yang harus kita lakukan ini adalah bentuk keseimbangan pada setiap apa yang kita usahakan agar kita tidak selalu merasa kekurangan. Kata Allah SWT dalam Quran Surat Ibrrahim ayat 7 sebagi berikut: 

 لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. 

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7) 

          Oleh sebab itulah orang kaya yang rajin bersyukur tidak pernah kekurangan harta bahkan terus bertambah. Jika orang sudah bersyukur maka kata roda kehidupan pun kita yakini tidak akan pernah terucap karena jika sedang kekurangan bukan kalimat “kita sedang di bawah roda” tapi kalimat yang masih di bawah kita juga banyak sehingga tidak membuat kita lebih gelisah jika melihat teman, tetangga, ataupun kerabat yang sudah sukses lebih dahulu. Pada akhir kesimpulannya roda kehidupan itu adalah istilah orang dengki yang tidak suka melihat orang lain sukses, sebagai muslim sudah seharusnya berusaha dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya. Seperti yang dijanjikan di atas pembahasan mengenai pembahasan hukum karma, pembalasan dll kita bahas di lain artikel melanjutkan sesi artikel sebab-akibat (mungkin iya mungkin banget tidak bilang ja males nulis kepanjangan). 
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

ke atas